Siapa yang tidak kenal dengan wanita mulia yang
dijadikan pemimpin wanita syurga, beliaulah Sayyidah Fatimah Az Zahra.
Wanita yang patut dicontoh pada setiap wanita.
Dari rasa malunya, kebaktiannya pada orang tua, kepatuhan terhadap suaminya dan
ketaqwaan pada tuhannya Allah SWT.
- Rasa malu
Dikisahkan
pada saat Rosulullah SAW bertanya pada putrinya “wahai putriku, bagaimanakah
wanita terabaik itu?” maka Sayyidah Fatimah Az Zahra berkata “wanita yang baik
adalah wanita yang tidak memandang dan dipandang”. Lihatlah jawaban dari beliau
sungguh mencerminkan betapa rasa malu yang ada pada diri beliau begitu luar
biasa.
“tidak
memandang dan dipandang” inilah wanita terbaik menurut Sayyidah Fatimah Az
Zahra. Jika wanita ingin menyontohnya maka tentulah ia akan melakukan seperti
apa yang dilakukan dan diucapkan beliau.
Sekarang
ini dengan perkembangan zaman dan canggihnya alat komunikasi menjadikan
tantangan baru untuk wanita. Mungkin dulu wanita bisa mengamalkan apa yang dipesankan
beliau pada dunia nyata saja, namun sekarang perlulah wanita mengamalkannya
pada dunia maya juga.
“Tidak
memandang”, mungkin di dunia nyata bisa melakukan hal itu. Namun di social
media bisakah melakukan hal itu juga?
“dipandang”
mungkin hal ini juga didunia nyata bisa dilakukan, seperti menghindari ikhwan
yang bukan mahrom atau menutup diri secara sempurna dengan memakai cadar
misalnya. Namun di social media mengupload fotonya, tidakkah seseorang akan
dengan leluasa melihat foto yang di upload tersebut sekalipun memakai cadar.
Sekalipun hanya mata yang terlihat, tidakkah malu dengan itu. Sementara diri
mengikrarkan sebagai pecinta Sayyidah Fatimah Az Zahra. Apalagi yang tidak
bercadar, dengan leluasa orang akan melihat, menilai atau bahkan menikmati
bagaimana bentuk wajah atau bentuk tubuh.lalu bagaimana dengan yang tidak
tertutup?
Semua
orang punya pemikiran dan keyakinan sendiri, punya niat dan cara merealisasikan
niatnya sendiri. Namun cobalah jangan mengesampingkan nasehat-nasehat baik,
yang mana nasehat tersebut tidak lain adalah untuk kebaikan diri sendiri.
- Kebaktian pada orang tua
Wanita
yang masih sangat belia namun keberanian dan kebaktian pada orang tuanya
sangatlah luar biasa.
Dikisahkan
ketika Rosulullah SAW sholat, ada orang kafir meletakkan kotoran diatas
punggung beliau ketika sujud. Dan bersegeralah Sayyidah Fatimah Az Zahra
menghampiri ayahnya dan membersihkan kotoran tersebut dengan menangis. Lalu tidak segan-segan memarahi orang kafir
yang menaruh kotoran tersebut,orang kafir pun hanya terdiam melihat Sayyidah
Fatimah Az Zahra.
Dari
kisah tersebut terlihat bagaimana kebaktiannya pada orang tuanya, hingga beliau
pun di sebut dengan julukan Ummu Abihaa ( ibu ayahnya) karena saking baktinya
beliau.
Dizaman
ini menemukan malin kundang sangatlah mudah, ini terjadi karena lemahnya
ketertarikan anak dalam mencari ilmu. Ilmu kesopanan, ilmu akhlaq atau bisa
juga dari orang tua sendiri tak mengajarinya berbaik pada orang tua dan orang
tua sendiri tak mencontohkannya. Sehingga etika seorang anak pada orang tua
kurang baik. Namun juga masih banyak anak yang sangat berbakti pada orang
tuanya, dan beruntunglah anak yang seperti itu. Karena sudah jelas bahwa Ridho
Allah ada pada Ridho orang tuanya.
- Kepatuhan terhadap suaminya.
Sayyidah
Fatimah Az Zahra sangat patuh terhadap suaminya sekalipun suaminya tak
memberikannya rumah yang mewah atau harta yang banyak. ketiadaan hal
keduniawian tak melunturkan Sayyidah Fatimah patuh terhadap suaminya, beliau
ridho hidup dalam kesederhanaan dan kemelaratan dan juga selalu bersyukur
dengan apa yang diberikan suaminya kepadanya.
Perlulah
pemahaman seorang isrtri apa yang menjadi kewajiban dan haknya, jika seorang
istri bisa memahami hal tersebut, kemungkinan besar dapat meniru Sayyidah
Fatimah Az Zahra. Kebahagiaan tidak melulu soal dunia tapi ketentraman jiwa
yang dekat dengan Rabbnyalah ketentraman sesungguhnya.
Sayyidah
Fatimah melakukan pekerjaan rumahtangga semuanya dengan cara manual dan
dilakukannya sendiri, mencari air dan mengangkutnya, menggiling gandum bahkan
sampai tangan beliau melepuh, dan menyapu halamannya sampai baju beliau
berdebu.
Jika
kita tarik dizaman sekarang, banyak alat-alat yang membantu memudahkan
pekerjaan rumah tangga, misalnya rice cooker, mesin cuci dan masih banyak lagi
alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan rumah tangga. Terlebih lagi mempunyai
seorang pembantu. Namun kenapa masih juga tidak bisa patuh terhadap suaminya?
Hal ini
bisa jadi kurangnya pemahaman apa faedah patuh terhadap suami dan apa akibatnya
jika tidak patuh dengan suami, padahal dengan adanya social media sangat mudah
sekali mendapatkan info mengenai wanita atau istri sholihah sekaligus ilmunya.
Dan saat ini halaqoh-halaqoh pun sudah banyak di agendakan meskipun bukan pada
saat ramadhan. Maka sangat mudah sekali untuk mencari ilmu, hanya saja
masalahnya adalah ada kemauan untuk mempelajari atau tidak.
Ketahuilah
bahwa Ridho Allah pada wanita yang sudah menjadi istri terletak pada suaminya.
Maka suami adalah syurga nerakanya istri. Untuk itu keharusan seorang istri
mematuhi suaminya, apapun kondisi suami tersebut dalam keadaan kaya ataupun
miskin, jelek ataupun baik. Selama yang di perintahkan itu tidak mengarah pada
kemaksiatan. Sebagaimana yang dicontohkan Sayyidah Fatimah Az Zahra dengan
kepatuhannya terhadap suaminya.
- Ketaqwaan pada Allah SWT.
Dari
rasa malu, kebaktian pada orang tuanya dan kepatuhan terhadap suaminya tentu
itu sudah mencerminkan betapa beliau melakukannya karena ketaqwaannya pada
Allah SWT.
Kehidupan
yang serba kurang tak menjadikan beliau lupa atau tidak bersyukur pada Allah.
Kehidupan
yang menderita bersama ayahnya untuk menyebarkan agama islam tak menjadikan
beliau berputus asa untuk terus mendukung ayahnya berdakwah.
Didalam
kitab Biharul Anwar, Rosulullah SAW bersabda” Putriku Fatimah adalah orang yang
dipenuhi hatinya dengan keimanan oleh Allah SWT dan keyakinan yang menghunjam”
Di
sebutkan bahwa waktu setelah ashar hingga menjelang maghrib pada hari jum’at
adalah waktu Fathimiyah, dimana beliau menghabiskan waktu tersebut hanya
bermunajat pada Allah SWT.
Jika
kita ingin meniru beliau, tentulah kita akan senantiasa bertaqwa pada Allah SWT
dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan sempit maupun lapang, dalam keadaan
senang maupun susah, dalam keadaan bahagia maupun sedih.
Sebagaimana
yang selalu kita ucapkan dalam sholat
اِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِﷲِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Sholatku, ibadahku, hidup dan matiku,
hanya karena Allah, Tuhan seluruh alam”
Itulah beberapa yang dapat kita pelajari dari beliau,
masih banyak sekali hal-hal lain yang perlu kita pelajari dan kita contoh dari
beliau.
Semoga semua muslimah dapat meneladani beliau dan
dapat dalam barisan beliau kelak di shirath.
Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar