Meneladani Sayyidah Khodijah Al Kubro

Dalam sebuah forum para murid serta pencinta guru mulia Habib Umar bin Hafidz, salah satu peserta mengutip ceramah Al Alamah Al Habib guru mulia tentang biografi singkat Sayyidatuna Chodijah Al Kubro, wanita yang sangat dicintai oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Dikarenakan hal tersebut dirasa memiliki manfaat maka penulis turut berbagi dalam tulisan ini

Adapaun isi ceramah tersebut kurang lebih sebagai berikut

Mengenang Siti Khadijah ra berarti kita mengingat sejarah perjuangannya dalam mendampingi Rasulullah. Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit seerta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas.
Bukan sekali dua kali pemuka kaum Quraisy mencuba untuk melamar dirinya. Tetapi pilihannya justeru jatuh pada seorang pemuda yang bernama Muhammad ﷺ,
pemuda yang begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan kecantikan.
Sayyidatina Khadijah ra merupakan wanita pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau banyak membantu dan memperteguhkan tekad Rasulullah ﷺ melaksanakan risalah dakwah.
Beliau senantiasa berusaha meringankan kepedihan hati dan menghilangkan keletihan serta penderitaan yang dialami oleh suaminya dalam menjalankan tugas dakwah.
Inilah keistimewaan dan keutamaan Khadijah dalam sejarah perjuangan Islam. Beliau adalah sumber kekuatan yang herada di belakang Rasulullah saw.
Pada suatu ketika Rasulullah ﷺ menyatakan, yang mana pernyataan beliau ini membuat Siti Aisyah merasa cemburu: “Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia(khadijah), yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan … darinyalah aku mendapatkan keturunan.”
Begitulah pernyataan Rasulullah ﷺ tentang kepribadian Khadijah, istrinya. Seorang isteri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam. Dalam majelis haul dan & zikir semacam ini banyak hikmah yang dapat kita ambil. Majelis-majelis seperti inilah yang dicintai oleh Rasulullah, kerana dalam majelis seperti ini, kita bisa mengetahui perjuangan orang-orang yang berjuang bersama Rasulullah.
Alangkah celakanya mereka-mereka yang sombong, bongkak, yang membenci peringatan-peringatan seperti ini, karena mereka secara tidak langsung telah berpaling dari orang-orang yang dicintai Allah dan RasulNya.
Kelak mereka ketika di akherat akan diubah wujudnya oleh Allah menjadi seekor semut yang kecil, mereka akan terinjak-injak oleh manusia. Dikisahkan pada zaman sahabat, ada seorang sahabat yang mempunyai anak yang masih berumur 10 tahun, ingin ikut bersama ayahnya untuk berjihad menegakkan agama Allah.
Sewaktu di tengah-tengah medan pertempuran sang anak berkata pada ayahnya: “Wahai ayahku doakan aku mati syahid agar boleh bertemu dengan Rasulullah”, Apa jawab sang ayah: “Jika engkau syahid dalam pertempuran ini tolong sampaikan salamku pada Rasulullah ﷺ ”.
Inilah salah satu contoh mendidik anak agar anak menjadi solleh. Sangat berbeza dengan zaman yang kita hadapi sekarang ini, di mana orang tua lebih takut jika anaknya tidak boleh hal matematik, tidak faham internet dan llmu-ilmu dunia lainnya, sementara tidak merasa kuatir ataupun takut jika mereka tidak mengenal Allah dan Rasul-Nya. Cuba kita tengok anak-anak zaman sekarang mereka lebih faham nama-nama bintang sinetron ataupun sepak bola.
Sementara nama-nama nabi, para sahabat dan para auliya’illah mereka tidak kenal. Wahai para kaum muslimin mari kita didik anak-anak kita untuk lebih mengenal Allah dan Rasul-Nya, mari kita ajak mereka untuk sholat berjama’ah membaca Al-Quran. jangan sampai mereka tidak boleh membaca Al-Quran apalagi tidak mengerjakan solat.
 Habib Umar bin Hafidz
Sumber : Group murid dan pencinta Habib Umar bin Hafidz

1 komentar:

  1. mungkin saja sebagian orang-orang beranggapan bahwa masa depan anak adalah sukses didunia dan sedikit sekali yang menyadari bahwa masa depan yang sesungguhnya adalah sukses diakhirat.

    BalasHapus