Disebutkan dari tafsir
Al-Fatihah bahwa Syekh Akbar Muhyidin Ibnu Arabbi menyebutkan: “ Jika engkau
membaca surat Al-Fatihah dengan menyambungkan kalimat Basmalah dalam satu
nafas, tanpa memutuskannya dari surat Al-Fatihah, maka dari berbagai sumber
yang meriwayatkan sebuah riwayat yang aku terima hingga sampai kepada
Rosulullah SAW.
Bahwa beliau berkata bahwa Allah berkata kepada Israfil: “Wahai
Israfil, demi kebesaran dan kemuliaan-Ku, siapapun yang membaca kalimat
Basmalah dan menyambungya dengan surat Al-Fatihah sekaligus, maka saksikanlah
bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosanya, Aku telah menerima segala amal
kebajikannya, Aku akan menghapus dosa-dosanya, Aku akan melindungi lisannya
dari api neraka dan Aku akan melindunginya dari siksa kubur, siksa neraka,
siksa di hari kiamat dan rasa takut terbesar pada hari itu dan dia akan bertemu
kepada-Ku sebelum para Nabi dan para wali semuanya.” (Ruhuul Bayan)
Ats Tsa’labi menuturkan dari Abu Hurairah, katanya: “ Ketika
aku sedang bersama Nabi di dalam masjid, tiba-tiba ada seorang yang masuk ke
dalam masjid dan melakukan sholat. Orang itu membuka shalatnya dengan bacaan
‘Auudzu Billahi Minasy Syaithaanir Raajiim, kemudian ia membaca surat
Al-Fatihah tanpa membaca Basmalah. Setelah ia menyelesaikan shalatnya, maka
Nabi memanggilnya dan berkata kepadaku: “Wahai saudaraku, tadi engkau telah
memutuskan dirimu dari shalatmu, apakah engkau tidak mengetahui bahwa kalimat
Basmalah, termasuk bagian dari surat Al-Fatihah. Barangsiapa yang tidak membaca
Basmalah sebelum Al-Fatihah, maka ia telah meninggalkan salah satu ayat dari
surat itu, sehingga ia tidak sah dalam shalatnya.”
Abu Ubaid meriwayatkan dari Muhammad Ibnu Ka’ab Al Quradhi.
Ia berkata: “Surat Al Fatihah ada 7 ayat di dalamnya termasuk kalimat
Basmalah.” (Ad Durrur Mantsur)
Abu Darda’ ra. Berkata: “Aku pernah berkata kepada Rasulullah
SAW: “Ya Rasulullah SAW, aku pernah melakukan shalat dan aku hanya membaca
surat Al Fatihah saja tanpa surat yang lain.” Sabda beliau SAW “Surat Al
Fatihah sudah cukup dibaca dalam shalat, meskipun tidak membaca surat lainnya,
seperti Al-Baqarah, Al Imran, An Nisa’, dan Al Maidah.” Tanyaku: “Andaikata aku
hanya membaca surat Al Baqarah atau surat-surat lainnya, tetapi aku tidak
membaca surat Al Fatihah bagaimanakah nilai shalatku?” Sabda beliau SAW
“Sesungguhnya surat Al Fatihah sudah cukup jika dibaca dalam shalat seorang
karena keutamaan surat Al Fatihah jika ditimbang dengan surat-surat yang lain,
maka nilai surat Al Fatihah lebih berat dari pada surat-surat yang lain.”
(Ruhuul Bayan dan Ad Durrul Manstur)
Diriwayatkan bahwa Rosulullah SAW pernah berkata kepada Ubai
Ibnu Ka’ab ra.: “Bagaimanakah engkau membaca dalam shalatmu?” Maka Nabi berkata:
“Demi tuhan yang memegang jiwaku ditangan-Nya, Allah tidak pernah menurunkan di
dalam kitab Taurat, Injil, Zabur dan Qur’an yang seperti ini, Suhuf Idris, dan
Suhuf Ibrahim sebuah suratpun yang nilainya lebih tinggi dari surat Al Fatihah.
Setiap huruf yang dibaca, maka Allah akan menaikkan kedudukannya didalam surge
dan setiap kedudukan berjauhan dengan kedudukan yang lain, seperti jauhnya
langit dari bumi.”
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, pernah
bertanya kepada Ubai Ibnu Ka’ab: “Apa yang engkau baca di awal shalatmu?” Jawab
Ubai: “Aku membaca surat Al Fatihah.” Sabda Nabi: “Demi Tuhan yang memegang
jiwaku ditangan-Nya, Allah tidak pernah menurunkan di dalam kitab Taurat,
Injil, Zabur dan Al Qur’an yang seperti ini, sebuah surat yang nilainya lebih
tinggi dari surat surat Al Fatihah. Ia adalah 7 ayat yang di ulang-ulang
bacaannya dan ia adalah Al Qur’an yang agung.” (HR.Tirmidzi, Hasan dalam tafsir
Al Fatihah)
Tentang keutamaan membaca surat Al Fatihah, Abu Ubaid telah
meriwayatkan sebuah riwayat dari Al Hasan bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
“Barangsiapa yang membaca surat Al Fatihah, maka ia bagai seorang yang telah
membaca seluruh kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al Qur’an.”
Daraquthni dan Al Hakim meriwayatkan sebuah riwayat dari
Ubadah Ibnu Samith ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Surat Al Fatihah dapat
mencukupi surat-surat yang lain bila dibaca di dalam shalat, tetapi surat-surat
yang lain tidak dapat mencukupi seperti surat Al Fatihah jika dibaca dalam
Shalat.”
Ahmad, Al Bukhari, Ad Darimi, Abu Dawud, Nasai, Al Hasan ibnu
Sofyan, Ibnu Jarir, Ibnu Hibban, Al Hakim, Ibnu Murdawaih, Abu Nuaim, dan Al
Baihaqi menuturkan sebuah riwayat dari Abu Said Ibnu Ma’ala, katanya: “Aku
pernah melakukan shalat, kemudian Rasulullah memanggilku, tetapi aku tidak
menjawab panggilan beliau SAW. Sampai setelah shalatku selesai. Ketika aku
mendatangi beliau SAW. Maka beliau bertanya: “Mengapa engkau tidak mendatangiku
ketika aku memanggilmu?” jawabku: “Tadi aku sedang shalat ya Rasulullah.” Tanya
beliau: “Bukankah Allah telah berfirman yang artinya sebagai berikut:
“Penuhilah panggilan Allah dan Rasul-Nya ketika memanggilmu?” kemudian beliau
berkata: “Maukah engkau aku beri tahu tentang sebuah surat yang paling agung
didalam Al Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid ini?” Jawabku “Mau ya
Rasulullah” Kemudian beliau menuntun tanganku sambil berjalan menuju keluar.
Ketika kami akan sampai di luar, maka aku berkata:” Ya Rasulullah tadi engkau
mengatakan bahwa kamu akan memberi tahu kepadaku tentang sebuah surat yang
terbesar di dalam Al Qur’an. Kiranya surat apakah itu?” Sabda beliau SAW:
“Surat Al Fatihah, ia adalah tujuh ayat yang diulang-ulang dan Al-Qur’an yang
agung yang diberikan kepadaku.”
Dalam riwayat lain bahwa Nabi SAW bersumpah: “Demi Tuhan yang
memegang jiwaku ditangan-Nya, sesungguhnya Allah tidak pernah menurunkan dalam
kitab-kitab sucinya yang lain, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an yang
sepertinya sebuah surat yang nilainya lebih besar dari surat Al Fatihah. Ia
adalah 7 ayat yang diulang-ulang dan Al Qur’an yang agung.”
Dalam riwayat lain disebutkan oleh Ahmad dan Al Baihaqi dari
Abdullah Ibnu Jabir ra. Bahwa Nabi berkata: “Surat yang terbesar di dalam Al
Qur’an adalah surat Al Fatihah.”
Al Baihaqi dan Al Haki meriwayatkan dari Anas ra. Bahwa
Rosulullah SAW bersabda: “Surat Al Qur’an yang paling afdhal adalah surat Al
Fatihah.”
Tabarani meriwayatkan dari Saib Ibnu Yazid, katanya: “Nabi
SAW pernah mengajariku kalimat ta’awwudz dengan surat Al Fatihah.”
Al Hakim, Al Baihaqi dan para perawi hadits lainnya
menuturkan bahwa Anas ra. Berkata: “Ketika Nabi sedang dalam perjalanannya,
maka beliau turun dari kendaraannya, kemudian salah seorang dari sahabat dari
beliau berdiri di samping bliau, sehingga beliau menoleh kepadanya, seraya
berkata: “Maukah engkau aku beri tahu keutamaan membaca Al Qur’an, kemudian
beliau mengucapkan surat Al Fatihah.”
Abu Syekh, Tabarani, Ibnu Murdawaih, dan Ad Dailami
menuturkan dari Abu Umamah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ada empat ayat
yang diturunkan dari simpanan yang ada di bawah Arsy yang tidak pernah
diturunkan kepada siapapun, yaitu surat Al Fatihah, ayat Kursi, Akhir surat Al
Baqarah dan surat Al Kaustar.” (Ad Durrul Manstur)
Ubaid Ibnu Hamid menyebutkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas
bahwa ia berkata: “Surat Al Fatihah nilainya sama dengan membaca dua pertiga Al
Qur’an.” (Al Itqan)
Al Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW
bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan kepadak sebuah surat yang tidak
pernah diturunkan kepada para nabi dan rasul sebelumku.”
Di lain kesempatan Nabi SAW bersabda bahwa Allah berfirman:
“Aku membagi surat Al Fatihah menjadi dua bagian antara Aku dan hamba-Ku. Jika
hamba-Ku mengucapkan: “Bismillahir Rahmanir Rahim” maka Allah mengucapkan:
“HambaKu telah memohon kepadaKu dengan menyebut kedua namaKu yang lemah lembut,
yang satu lebih lembut dari yang lain, yaitu kalimat Ar Rahim dari pada kalimat
Ar Rahman.” Jika hambaKu mengucapkan “Al Hamdu lillahi Rabbil ‘Alamin.” Maka Allah
mengucapkan. “HambaKu telah bersaksi bahwa Aku adalah Tuhan bagi seluruh alam
semesta.” Jika hambaKu mengucapkan: “Ar Rahman Ar Rahim.” Maka Allah
mengucapkan: “HambaKu telah mengagungkan Aku.” Jika hambaKu mengucapkan:
“Maaliki Yaumiddin.” Maka Allah mengucapkan: “HambaKu telah bersaksi bahwa Aku
adalah hakim terbesar di Padang Mahsyar.” Jika hambanKu mengucapkan “Iyyaka
Na’budu Wa Iyyaaka Nasta’in.” maka Allah mengucapkan: “Ini adalah bagianKu dan
bagian hambaKu, dan bagi hambaKu boleh minta apa saja dariKu.” Jika hambaKu
mengucapkan: “Ihdinas Shiratathal Mustaqim.” Maka Allah berfirman: “Ini adalah
bagi hambaKu.” Jika hambaKu mengucapkan: “Shiraathal Ladziina An’amta ‘Alaihim
Ghairil Maghdhubi ‘Alaihim Waladhdhallin.” Maka Allah berfirman: “Ini adalah
bagi hambaKu dan hambaKu boleh minta apa saja dariKu.”
Nabi SAW menyebutkan bahwa arti Shiraathal Ladziina An’amta
‘Alaihim adalah perjalanan yang ditempuh orang-orang muslim. Arti Ghairil
maghdhubi ‘Alaihim adalah kaum Yahudi dan arti Waladhdhallin adalah kaum
Nasrani. Kedua umat ini dimurkai oleh Allah dan disesatkan.
Nabi SAW bersabda “Jika seorang Imam mengucapkan kalimat
Waladhdhallin, maka ucapkanlah Aamiin, pasti Allah akan mengabulkan
permohonanmu.”
والله اعلم بالصواب
#Al Arba'in An Nawawiyah
Izin share semua postingan
BalasHapus